![]() |
[Ilustrasi/ ShutterStock] |
Oleh : M. Sholah Ulayya
Manusia di
ciptakan dengan di beri naluri ketertarikan dengan lawan jenis. Akan tetap ia
juga di beri kebebasan untuk membatasi dan mengekang naluri itu. Jatuh cinta
itu wajar, tapi jika terjadi berkali-kali atau membuat seseorang menjadi lupa
akan kodratnya sebagai hamba dan manusia, maka hal itu menjadi tidak wajar.
Karena ia gagal
mengendalikan naluri alamiahnya. Ahirnya ia kehilangan kewarasan dan akal
sehatnya. Ia sudah tidak berdaulat lagi melawan perasaanya. Padahal jika
berpikir realistis, orang yang membuatnya jatuh cinta itu belum tentu baik
untuk kehidupanya kelak. Kalau toh baik,dalam artian akan menjadi
jodohnya,tentu pasti akan menjadi miliknya.tapi tidak sekarang.butuh waktu dan
proses yang tidak sebentar.
Sementara
kebanyakan orang yang sedang jatuh cinta, kurang mampu menahan gejolak jiwanya.
Yang ada dalam pikiranya hanyalah bersama orang yang di cintainya setiap saat.
Ahirnya banyak kewajiban yang harusnya di jalankan menjadi terbengkalai. Sebab
semua pikiran dan energi tercurah kepada yang di cintainya.
Jatuh cinta
memang takdir, tapi mencintai siapa dan kapan, itu pilihan. " kalau jodoh
tidak akan kemana" kata orang. Namun yang terjadi saat seseorang sedang
jatuh cinta, ia tidak lagi punya pilihan selain terseret oleh arus
perasaanya. Ia belum mampu mengatakan
" tunggu!! Semua akan indah pada saatnya!!".
Jika kita yakin
bahwa pilihan tuhan adalah yang terbaik, maka tidak perlu ada cinta yang
terburu-buru.yaitu cinta yang terjalin tanpa ikatan agama. Karena bagaimanapun
juga, cinta yang terburu-buru juga akan berakhir dengan terburu-buru juga. Dan
menunda untuk mendapatkan yang terbaik membutuhkan keberanian.
Tidak ceritanya
orang mati bunuh diri gara-gara menunda cinta, yang ada adalah bunuh diri
karena di khianati cinta. "seorang pemberani mati sekali, seorang penakut
mati berkali-kali" begitu kata seorang bijak.
hidup ini terlalu
sempit untuk cinta yang berakhir sia-sia. Semoga kita semua terselamatkan dari
kesia-siaan.
Salam literasi