Ilmu Isytiqaq dalam kajian linguistik Arab artinya keselarasan makna antara dua kata melalui satu akar huruf yang sama meskipun berbeda dalam bentuk dan pengucapan. Misalnya: Alima-Amila-Lama'a.
علم - عمل - لمع
Tiga kata tersebut meskipun berbeda dalam bacaan, akan tetapi memiliki keterkaitan makna. Orang yang berilmu (alima) dan mengamalkannya (amila) ilmunya, maka akan mendapatkan pencerahan (lama').
Bagaimana dengan kata "Ied"? Kata Ied berakar dari kata عاد yang terdiri dari 3 (tiga) huruf: ain, alif, dan dal. Yang diantara maknanya adalah:
Kembali dan Terbiasa
Makna ini mengisyaratkan bahwa proses lapar, haus, serta pola "hidup" baru yang dijalankan selama bulan ramadhan telah mengkristal menjadi kebiasaan sehari-hari dan tidak hanya ritual-seremonial semata. Sebab, seluruh rangkaian ibadah dalam Islam intinya adalah mengembalikan dan memperbaiki hubungan antar manusia, bahkan hubungan manusia dengan alam semesta.
Sehingga spirit ramadhan tetap terjalin meskipun bulan ramadhan telah usai. Hal tersebut selaras dengan makna "عاد" ketika posisi huruf "dal" diletakkan di depan menjadi "دعا", yang artinya menyapa, memanggil, berdoa.
Orang-orang yang benar-benar telah berpuasa dan menemukan "sesuatu" di dalamnya, tentu akan terus berharap momen-momen "pertemuan" dan keterhubungannya dengan Tuhan tidak berakhir begitu saja. Dari sini kita akan betul-betul memahami kualitas sabda Nabi SAW:
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ
Artinya: "Bagi orang yang benar-benar berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan sekaligus, yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka (baik berbuka saat puasa maupun "berbuka" ketika hari raya) dan kebahagiaan ketika terhubung dengan Tuhannya." (HR. Muslim)
Dalam ilmu bahasa Arab, huruf (ال) dalam kata "للصائم" bisa berarti "Al" yang menunjukkan kesungguhan (kamaliyyah) sebagaimana ال pada kata الكتاب dalam surat Al-Baqarah:
ذلك الكتاب لا ريب فيه
Atau ال yang tersemat pada kata الحمد pada surat Al-Fatihah:
الحمد لله رب العالمين
Artinya: "Puji-pujian yang sempurna hanya milik-Nya."
Jika bulan Rajab dan Sya'ban adalah persiapan menuju bulan Ramadhan, maka bulan Ramadhan adalah induk persiapan untuk memperbaiki dan menyongsong bulan-bulan berikutnya bukan hanya dengan pakaian yang baru, akan tetapi juga pikiran dan perasaan yang telah terbarukan.
Gus Muhammad Sholah Ulayya, Lc., M.Pd.I, Penulis Buku Semesta Diri, Peneliti Pusat Studi Kecerdasan Semesta Jatim.