Header Ads

Header Ads

Adakah Cakra Dalam Al-Qur'an?

Sabtu, 30 November 2024    10:30 WIB

Adakah Cakra dalam Al-Qur'an? (Foto: PxHere)

Pertanyaan itu muncul ketika saya menemukan konten ini (lihat video di bawah).

Cakra adalah istilah dalam ilmu kesadaran Hindu kuno yang masih dipegang oleh masyarakat Jawa yang notabene pernah menjadi pusat studi ilmu kesadaran dunia pada masanya.

Jawa atau lebih familiar dengan sebutan Nuswantoro, konon pernah menjadi tempat berkumpulnya para utusan yang sengaja dikirim oleh para resi dari berbagai belahan negeri untuk "nyantri" dan belajar "agama".

Khazanah percampuran antara tradisi Hindu kuno dan Buddhis masih terjaga dan lestari saat itu.

Belum lagi ideologi atau paham-paham impor lainnya yang dibawa oleh orang-orang Cina (Data ini banyak tersebar dalam jurnal-jurnal ilmu sejarah yang kemudian menjadi konten-konten di YouTube, lihat channel Asisi misalnya https://youtube.com/@asisichannel?si=ZySbYr72nWqmQUTc).

Khazanah ilmu-ilmu kuno di Nuswantoro tersebut bukan sekedar dikaji dan dipelajari akan tetapi sudah mewujud (termanifestasi) dalam bentuk candi-candi, benda pusaka, manuskrip-manuskrip daun lontar dan tradisi budaya keseharian masyarakatnya Jawa, seperti sedekah bumi, tembang, prosesi adat dalam upacara pernikahan dan lain sebagainya.

Sungguh sebuah peradaban adiluhung yang jarang dimiliki bangsa lain, bahkan bisa jadi satu-satunya di dunia. Gus Dur, konon adalah sosok yang meneliti hal-hal beginian. Bukan hanya itu, beliau mampu menerjemahkannya dalam kehidupan nyata bermodalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Hasilnya?

Bisa Anda lihat ketika haul. Kehadiran Gus Dur menjadi berkah tersendiri bagi kaum minoritas di negeri ini dengan segala kelebihan dan kekurangannya hingga lahirlah istilah Islam Rahmatan lil 'alamin dan Islam Nusantara yang pernah menjadi tagline utama pada tahun 2000-an.

Maka tidak aneh, jika hingga hari ini, bangsa kita masih kental akan hal-hal tersebut. Bekas-bekasnya masih terlihat jelas dan bisa dilacak.

Kita kembali ke soal Cakra. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Cakra artinya roda atau besi bundar yang tajam. Sedangkan dalam Hinduisme dan dalam sebagian budaya Asia, Cakra dipahami sebagai pusat energi metafisik (ruhani) dalam tubuh manusia.

Kata "cakra" berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti "roda" atau "lingkaran" dan kadang-kadang juga merujuk kepada "roda kehidupan" (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Cakra).

Cakra, Surat Al-Hadid, dan Isyarat Kenabian

Al-Qur'an pernah mengklaim "dirinya" sebagai kitab yang menghimpun segala sesuatu. Bahkan sebagian ilmuwan muslim menjadikannya sebagai sumber utama ilmu pengetahuan (baca sejarah para ilmuwan di era Dinasti Abbasiyah yang dianggap sebagai cikal bakal kelahiran peradaban Eropa).

Mana dalilnya? Coba perhatikan ayat-ayat berikut:

مَا فَرَّطْنَا فِى الْكِتٰبِ مِنْ شَيْءٍ ثُمَّ اِلٰى رَبِّهِمْ يُحْشَرُوْنَ 

Artinya: "Tak ada satu pun (di muka dunia ini) yang luput dari pantauan kami (Al-Kitab), dan hanya kepada Tuhanlah mereka semua diperjalankan." (QS. Al-An'am: 38)

وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتٰبَ تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَيْءٍ وَّهُدًى وَّرَحْمَةً وَّبُشْرٰى لِلْمُسْلِمِيْنَ 

Artinya: "Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat juga kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri." (QS. An-Nahl: 89)

Dua ayat di atas dengan sangat jelas mengklaim bahwa Al-Qur'an memuat penjelasan tentang segala sesuatu, termasuk di dalamnya Cakra meskipun tidak disebutkan secara spesifik.

Al-Hadid (surat besi) adalah salah satu surat yang memuat isyarat di atas. Bukankah Cakra berarti besi yang tajam? Apa hubungan antara Cakra dan Al-Hadid? Mari kita perhatikan ayat berikut:

وَاَنْزَلْنَا الْحَدِيْدَ فِيْهِ بَأْسٌ شَدِيْدٌ وَّمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللّٰهُ مَنْ يَّنْصُرُهٗ وَرُسُلَهٗ بِالْغَيْبِۗ اِنَّ اللّٰهَ قَوِيٌّ عَزِيْزٌ 

Artinya: "Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan memiliki manfaat bagi manusia (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan menolong rasul-rasul-Nya dalam senyap. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa." (QS. Al-Hadid: 25)

Cakra identik dengan energi, ketajaman intuisi, dan kekuatan batin manusia, sama dengan besi sebagai elemen utama pembuatan senjata dan benda pusaka di zaman dahulu.

Seseorang yang potensi Cakranya aktif seakan memiliki pusaka yang ampuh untuk mengelola mesin kesadarannya dan menangkal bahaya dari luar, seperti hoaks, penipuan berkedok investasi, seni bertahan disaat krisis, mampu beradaptasi di lingkungan yang toxic dan lain sebagainya.

Bagaimana dengan Cakra dalam isyarat kenabian? Yuk, perhatikan riwayat berikut:

ابن عمر قال : قال رسول الله – صلى الله عليه وسلم – : ” إن هذه القلوب تصدأ كما يصدأ الحديد إذا أصابه الماء ” قيل : يا رسول الله وما جلاؤها ؟ قال : ” كثرة ذكر الموت وتلاوة القرآن ” روى البيهقي

Artinya: "Dari Ibn Umar ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam bersabda: Dimensi-dimensi hati (yang terus-menerus bekerja/berputar) bisa berkarat sebagaimana karat yang menempel pada besi tatkala terkena air." (HR. Al-Baihaqi)

Lantas apa resepnya agar hati tetap "tajam" dan tidak berkarat? Tanya seorang sahabat. Nabi menjawab: "Resepnya adalah sering-sering mengingat akhirat (kematian) dan membaca Al-Qur'an." (HR. Al-Baihaqi)

Bagaimana? Makin jelas ya! Hubungan antara Cakra, besi, dan hati manusia.

Perbedaan hanya ada di kulit (ras), tradisi, bangsa, dan penyebutan. Semuanya berasal dari satu akar yang sama, yakni Nabiyullah Adam AS. (Baca Tafsir al-Thabari, tafsir ayat ke-189 surat Al-A'raf https://quran.ksu.edu.sa/tafseer/tabary/sura7-aya189.html)

Dalam tafsir "al-Nur al-Saari fi Masalik al-Tafsir al-Isyari", Syaikh Muhammad Aly Al-Amin mengatakan bahwa Al-Hadid (besi) mengisyaratkan wujud potensi batin manusia yang bisa "berkarat", keras kepada dan bahkan merugikan dirinya sendiri. Sebaliknya, jika besi itu terus diasah, ia bisa didaur ulang menjadi aneka macam senjata, alat transportasi, atau benda-benda lain yang memudahkan kehidupan manusia.

Hal yang serupa terjadi pada hati manusia, jika dikelola dengan baik dan telah "disepuh" oleh pahit getirnya problematika kehidupan, maka ia akan terlahir kembali menjadi jiwa baru yang lebih lapang secara spiritual, cerdas secara emosional dan kokoh secara mental maupun intelektual.

Bagaimana pendapat kawan-kawan? Selamat menyepuh "besi"nya masing-masing agar tidak jadi barang rongsokan kelak di masa mendatang.

Salam.

Porong, 11-11-2024


Gus Muhammad Sholah Ulayya, Lc., M.Pd.I, Lingkar Studi Kecerdasan Semesta Jatim.


Kolomnis: Muhammad Sholah Ulayya
Editor: Rista Aslin Nuha