Header Ads

Header Ads

Simpul-simpul Makna Dalam Buku "Pijar-Pijar Cahaya"

Selasa, 26 November 2024    15:00 WIB

Buku Pijar-Pijar Cahaya. (Foto: PP. Al Roudloh)

Dari awal saya menulis buku, niatnya memang bukan untuk menghasilkan cuan, akan tetapi lebih sebagai ekspresi syukur pada orang-orang terdekat sebagai aktor utama lahirnya kumpulan tulisan dalam buku tersebut.

Tanpa mereka, tulisan saya hanya gulungan kertas dan tinta saja, tidak lebih.

Kalau toh buku saya laris dan menghasilkan, itu sekedar bonus yang mana tentunya akan menambah pundi-pundi saldo disertai "kejang" pujian sesaat.

Buku ini merupakan kumpulan tulisan disela-sela ritual ngopi setiap pagi setelah subuh, sebuah kebiasaan yang mulai sulit untuk ditinggalkan dan sudah berjalan selama kurang lebih tiga tahun.

Aneka warna catatan dalam buku ini lebih banyak bermuatan refleksi, renungan, pengalaman, curhatan, atau hasil riset kecil-kecilan tentang objek tertentu yang sependek pengamatan penulis belum tersentuh oleh jari-jemari orang lain.

Sebuah Teks Antara Daya Hidup, Daya Tahan, dan Daya Ubah

Teks hanyalah jembatan penghubung antara penulis dan pembaca.

Pada titik inilah aksara mewakili fungsi pita suara sedangkan indra mata menempati fungsi telinga.

Jika suara cepat menguap dan dilupakan, aksara lebih digdaya dan tahan lama sebab ia meraga dalam kertas dan tinta yang bisa diraba, dilihat, bahkan dibanting.

Sedangkan suara paling banter menempel pada dinding-dinding otak kita atau mendarat di alam bawah sadar bersama tumpukan peristiwa masa lalu.

Dalam narasi Qur'ani, potensi berbicara maupun menulis menempati ruang yang cukup sakral dan istimewa.

Contoh, misalnya ayat ke-20 hingga 23 dalam surat Az-Zariyat dimana Al-Qur'an menjadikan salah satu fungsi organ tubuh manusia (anfus, bashor, tanthiqun) sebagai bagian dari ayat-ayat di tengah narasi hubungan antara langit dan bumi.

وَفِى الْاَرْضِ اٰيٰتٌ لِّلْمُوْقِنِيْنَۙ 

Artinya: "Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin." (QS. Az-Zariyat: 20)

وَفِيْٓ اَنْفُسِكُمْ ۗ اَفَلَا تُبْصِرُوْنَ

Artinya: "Dan pada diri kalian sendiri, apakah kamu tidak memperhatikan?" (QS. Az-Zariyat: 21)

وَفِى السَّمَاۤءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوْعَدُوْنَ

Artinya: "Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu." (QS. Az-Zariyat: 22)

فَوَرَبِّ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ اِنَّهٗ لَحَقٌّ مِّثْلَ مَآ اَنَّكُمْ تَنْطِقُوْنَ ࣖ

Artinya: "Maka, demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan." (QS. Az-Zariyat: 23)

Contoh lain misalnya, pada ayat pertama hingga keempat dalam surat Ar-Rahman, dimana "al-bayan" (daya serap dan daya oleh aneka warna informasi) yang diciptakan secara khusus bagi manusia dan diberikan secara cuma-cuma oleh Allah Yang Maha Rahman, sebagai media "pembelajaran" untuk memahami Al-Qur'an.

اَلرَّحْمٰنُۙ عَلَّمَ الْقُرْاٰنَۗ خَلَقَ الْاِنْسَانَۙ عَلَّمَهُ الْبَيَانَ

Contoh satu lagi, adanya surat Al-Qalam (pena) menjadi bukti bahwa sebuah teks (وما يسطرون) beserta seluruh perangkatnya (kertas, pena, tinta, kursi, kitab, dan tangan) begitu istimewa dalam narasi kesadaran Qur'ani.

Lantas apa hubungannya rentetan ayat di atas dengan buku Pijar-Pijar Cahaya?

Gak ada sih.

Kita hanya nulis aja kok. Terserah pembaca yang mengartikan.

Salam.


Gus Muhammad Sholah Ulayya, Lc., M.Pd.I, Anggota Aswaja NU Center Sidoarjo, Penulis Buku Pijar-Pijar Cahaya.


Kolomnis: Muhammad Sholah Ulayya
Editor: Rista Aslin Nuha