Rabu, 20 November 2024 14:06 WIB
Santri PP. Al Roudloh Kajen (Foto: Dokumentasi PP. Al Roudloh)
1. Sedekah dan memberi hadiah kepada para guru yang telah mendidik anak-anak kita sebagai bentuk memuliakan beliau-beliau.
Ini cara yang dilakukan oleh Muhammad, ayah Imam Al-Ghazali; Ahmad, ayah Imam Abdul Aziz al-Halwani; H. Musthofa, ayah KH. Bisri Musthofa dan KH. Misbah Zainal Musthofa; dan lain-lain. Masing-masing lahir dari kalangan orang biasa tapi mampu menjadikan buah hatinya sebagai Ulama.
2. Puasa Sunah, niat untuk keberkahan ilmu anak dan kesalehannya.
Bisa puasa saat weton (hari pasaran) kelahirannya, bisa juga pada hari tertentu. "Strum" puasa sunah ini dahsyat. Di Surabaya, ada profesor muda yang ibunya senantiasa puasa sunah untuk kelancaran studi dan keberkahan ilmu putranya. Sudah puluhan tahun menjalaninya. Sejak si putra masih MTs hingga ketika meraih jabatan guru besar. Di Jember, seorang petani berpuasa saban hari selama 17 (tujuh belas) tahun hingga kewafatannya, untuk keberhasilan putra-putranya. Dan Allah melancarkan hampir semua urusan dan studi 3 (tiga) putranya ini dalam merengkuh gelar doktor dan mendirikan pesantren.
3. Tirakat Al-Qur'an.
Ini banyak dilakukan, baik mengkhatamkan Al-Qur'an berkali-kali saat kehamilan anak, maupun saat anak belajar, yang diniatkan agar melalui keberkahan Al-Qur'an Allah memberi kemudahan bagi buah hatinya dalam berbagai hal. Termasuk pula membacakan QS. Al-Fatihah setelah selesai shalat dengan hitungan tertentu.
Gus Rijal Mumazziq, Jember
Kolomnis: Rijal Mumazziq
Editor: Rista Aslin Nuha