Mulianya orang yang berpuasa itu sampai bau mulutnya saja lebih wangi daripada minyak yang paling wangi (misik) di seluruh dunia. Dalam agama Islam ada yang namanya siwakan atau bersiwak. Siwak itu seperti menyikat gigi tetapi menggunakan kayu, yang disunahkan menggunakan kayu Arab. Kayu Arab itu berasal dari Arab sana yang biasanya dibawa orang yang pulang haji atau umrah.
Tetapi seumpama selain kayu bisa? Yang penting siwakan itu membersihkan mulut dengan menggunakan tutup pakaian atau tutup serban. Di dalam hadits diterangkan secara khusus oleh Nabi Muhammad SAW karena sangat pentingnya siwakan bukan wajib yang pahalanya banyak.
Nabi Muhammad SAW bersabda tentang pentingnya siwakan:
لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ
Artinya: “Seumpama aku tidak khawatir umatku berat, semua aku suruh siwakan ketika mau shalat.” (HR. Bukhari)
Hal ini jika dipahami secara ilmu itu setengah wajib. Disimpulkan di dalam kitab-kitab fiqih bahwa siwakan itu baik sekali, tetapi ada yang dikecualikan yaitu orang yang berpuasa hukumnya makruh. Sementara selain itu kesunahan yang mendapat tambahan pahala seperti ketika bangun tidur, mau membaca Al-Qur’an, mau melaksanakan shalat, dan melakukan ibadah yang lainnya.
Siwakan itu faedahnya mendapatkan ridha Allah SWT, tambahan pahala, tidak gampang sakit gigi, membersihkan mulut, membunuh kuman dan lain sebagainya. Dari hikmahnya siwakan yang kaitannya dengan dawuhnya Nabi Muhammad SAW yang ada dalam salah satu amalan yang kelihatannya mudah tapi ternyata hikmah atau rahasianya banyak.
Dalam puasa ini terdapat rahasia-rahasia yang setiap 1 Ramadhan kalau bisa mencari pengertian tentang hikmah atau asrar (rahasia) puasa supaya menambah kelengkapan ibadah kita.
Di dalam sebuah hadits mengatakan:
لِلْجَنَّةِ بَابٌ يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانَ لاَ يَدْخُلُهُ إلَّا الصَّائِمُونَ
Artinya: “Surga itu mempunyai satu pintu yang disebut Rayyan, yang khusus untuk orang yang berpuasa.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pintu surga tidak hanya Rayyan saja tetapi banyak pintu-pintu surga lainnya. Seperti ahli perang punya pintu surganya sendiri, ahli sedekah punya pintu surganya sendiri, ahli shalat punya pintu surganya sendiri, dan lain sebagainya. Orang yang mempuyai amal yang banyak di dunia itu masuk surganya enak sekali karena bisa masuk pintu surga yang mana saja. Nah, ini adalah hadiah khusus bagi orang yang ahli berpuasa.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ:
فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّه
Artinya: “Orang yang berpuasa akan meraih dua keistimewaan/kegembiraan, kegembiraan ketika berbuka puasa, dan kegembiraan ketika bertemu Tuhannya.” (HR. Muslim)
Syarat-syarat orang yang berpuasa adalah yang pertama harus orang Islam kalau tidak Islam maka tidak wajib puasa. Yang kedua adalah baligh yang kira-kira untuk laki-laki berumur 15 tahun dan untuk perempuan berumur 12 tahun. Yang ketiga adalah berakal atau tidak gila, karena orang gila tidak wajib puasa. Kemudian syarat puasa yang keempat adalah mempunyai kemampuan untuk berpuasa, jika tidak mempunyai kemampuan maka tidak wajib berpuasa.
Tujuan puasa itu ialah latihan, orang yang baligh kalau tidak dilatih akan keberatan juga untuk disuruh langsung puasa. Kalau dilatih dari kecil mulai puasa dzuhur, puasa ashar, dan seterusnya maka tidak akan kaget ketika berpuasa.
Seperti halnya dengan shalat harus dibiasakan mulai dari kecil. Nabi Muhammad SAW memperintahkan jika kalian mempunyai anak sudah berumur 7 tahun agar diperintahkan untuk shalat, jika sudah berumur 10 tahun tidak mau shalat maka pukul. Anak diperintahkan shalat menurut cara anak sesuai kemampuannya.
Sama halnya Nabi Muhammad SAW mengajarkan shalat berjamaah, ada sebuah riwayat Nabi Muhammad SAW menjadi imam shalat diwakilkan oleh sahabat karena ingin operasi ke desa-desa yang tidak mau shalat berjamaah akan dibakar rumahnya.
Akhirnya para ulama berbeda pendapat, jamaah itu wajib atau tidak. Ada yang berpendapat jamaah itu sunah muakkadah. Tetapi ada yang berpendapat jamaah itu wajib, shalat yang tidak jamaah itu dosa. Cerita-cerita tersebut menjadi kesimpulan hukum baik shalat maupun puasa itu ternyata lewat proses, pendidikan, dan latihan-latihan yang panjang. Puasa ini mempunyai sirr atau rahasia yang luar biasa.
Oleh: KH. Asnawi Rohmat, Lc., Pengasuh Pondok Pesantren Al Roudloh